Salah satu wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta yang belakangan sedang naik daun adalah Goa Pindul. Wisata alam ini terletak dan berlokasi di desa Bejiharjo, kecamatan Karangmojo, kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Popularitas wisata Goa Pindul tak lepas dari keunikan wisatanya yaitu menyusuri gua dengan media ban pelampung melalui aliran sungai sambil menikmati keindahan stalaktit dan stalakmit khas gua. Kepopuleran Goa Pindul juga didukung oleh kemudahan akses dan kisah yang menyelimutinya.
Lantas seperti apakah sejarah awal Goa Pindul hingga terkenal sampai sekarang ini? Mungkin Anda masih penasaran. Yuk sama-sama simak ulasan dan informasi sejarah Goa Pindul berikut ini.
Legenda dan Misteri Goa Pindul
Sejarah Goa Pindul berawal dari perjalanan Ki Juru Mertani dan Ki Ageng Pemanahan yang merupakan utusan Panembahan Senopati dari Kerajaan Mataram untuk mencari seorang bayi.
Ketika bayi tersebut ditemukan keduanya membawa bayi tersebut ke arah timur yaitu wilayah Gunung Kidul yaitu di daerah Karangmojo. Suatu saat bayi tersebut menangis. Kedua utusan itu pun lantas memandikan sang bayi.
Ki Juru Mertani mencoba naik ke bukit. Ia kemudian menginjak tanah bukit tersebut. Dan dengan kesaktiaannya tanah itu pun menganga dan runtuh sehingga membentuk lubang yang terdapat aliran air di dalamnya.
Setelah itu sang bayi pun di bawa turun dan akan dimandikan. Saat itulah pipi bayi itu terbentur (kebendhul) batu yang terdapat di goa. Nah, dari situlah kemudian berkembang nama Goa Pindul dari pipi yang terbentur (kebendhul).
Sejarah Goa Pindul Versi Lain
Masyarakat yang berada di sekitar kawasan wisata Goa Pindul rupanya punya cerita dan mempercayai bahwa Goa Pindul berawal dari perjalanan dan petualangan Joko Singlulung. Joko Singlulung melakukan penelurusan dan pencarian guna menemukan ayahnya. Ia menyusuri area hutan, sungai, dan goa-goa. Ketika sedang berada dalam 7 (tujuh) gua yang terdapat aliran sungai di dalamnya, kepala Joko terbentur dengan sebuah batu yang terdapat dalam goa yang ia susuri. Dari peristiwa benturan itulah kemudian nama goa di mana Joko mencari ayahnya dikenal dengan nama goa Pindul yang asalnya dari bahasa Jawa yaitu pipi gebendul (pindul) yang artinya pipi yang terbentur.
Sementara sejarah Goa Pindul versi lain mengungkapkan bahwa di dalam goa tersebut terdapat sebuah mata air (mbelik). Mata air tersebut oleh masyarakat sekitar dikenal dengan sebutan mbelik panguripan yang artinya mata air kehidupan.
Mata air yang terdapat dalam Goa Pindul itu juga berhubungan dengan kisah seorang yang bernama Kyai Jaluwesi yang berseteru dengan Bendhogrowong. Keduanya lantas terlibat dalam adu kekuatan dan kesaktian.
Kyai Jaluwesi nampaknya menang dalam adu kesaktian tersebut. Bendhogrowong kemudian mengeluarkan kesaktiannya untuk menyerang Kyai Jaluwesi. Namun kesaktian yang dikeluarkan tersebut meleset hingga mengenai anjing piaraan anak kembar Kyai Jaluwesi, Widodo dan Widadi. Anjing yang bernaama Sona Langking itu terluka dan berlari kesana-kemari hingga kemudian menjumpai sumber mata air di semak-semak. Kyai Jaluwesi yang mengejar dan mengikuti anjing tersebut terkejut menemukan anjing itu telah sembuh. Dari situ Kyai Jaluwesi menamakan sumber mata air tersebut dengan nama mbelik panguripan karena dapat menyembuhkan seekor anjing.
Awal Wisata Goa Pindul
Sebelum menjadi sebuah objek wisata yang terkenal dan menjadi salah satu andalan kabupaten Gunung Kidul, Goa Pindul awalnya hanyalah sebuah goa yang tak terawat dan menjadi sarang kelelawar. Lantas warga bekerjasama dengan sejumlah aparat pemerintah desa Bejiharjo untuk membersihkan kawasan tersebut. Karena keunikannya goa ini kemudian dijadikan dan dikembangkan menjadi objek wisata alam. Pada tahun 2010 pemerintah Kabupaten Gunung Kidul meresmikan goa ini dengan nama Goa Pindul. Dari situlah kemudian objek wisata Goa Pindul menjadi terkenal. Begitulah sejarah Goa Pindul.
Salah satu peradaban paling tua didunia